Informasi

Belajar Layani Pasien dari Puskesmas Atsj

Belajar Layani Pasien dari Puskesmas Atsj

Salah Satu Lorong  penghubung memasuki kawasan Puskesmas ATsj, di Distrik Atsj yang terpampang tulisan dalam bahasa daerah Asmat

 

 

SAPA (ASMAT) – Kepala Puskesmas Atsj, Ambrosius Oktan mengaku  wargalah yang menilai dan merasa puas atau tidak puas  terhadap pelayanan para medis di Puskesmas Atsj.  “Biarlah mereka yang menilai. Saya memang selalu sampaikan kepada teman-teman. Kita melayani pasien sama dengan kita sedang melayani Tuhan,” jawabnya ketika ditanyai media ini soal belajar melayani pasien dari Puskesmas di Distrik Atsj, Sabtu (25/2).

 

Dikatakannya filosofi pelayanan kepada pasien itu memang harus dimulai dari bahasa tubuh atau ekspresi para petugas medis.  Petugas  harus bisa memastikan pasien yang dilayaninya sama dengan dia sedang melayani orang tuanya atau saudaranya sendiri. Apa bila, petugas medis sulit mereflesikan bahwa pasien yang sakit itu ibarat Tuhan sendiri yang meminta petugas medis melayani-Nya.

 

“Saya selalu sampaikan semangat seperti itu kepada teman-teman saya. Untuk mewujudkan semangat melayani Tuhan itu dan melayani orang tua atau saudara sendiri itu. Kami selalu mengawali tugas setiap hari dan sebelum pulang ganti sif selalu berdoa bersama secara bergiliran sesuai dengan agama dari teman-teman. Saya ambil contoh kalau hari ini giliran yang muslim, yang Kristen dan Hindu semua berdoa bersama, begitu pun kalau yang Kristen yang pimpin.  Semangat ini mulai dari dua mantri anak  asli Atsj. Sayang mereka dua itu sudah almarhum. Tetapi, mereka punya semangat kami pupuk terus,” katanya.

 

Dari pantauan media ini, ada sebuah tulisan tangan terpampang pada sebuah papan dalam bahasa Asmat sebelum terlihat papan nama Puskesmas Atsj berbunyi “Obat In Imaimam Allah Yoworomaimen (Kami yang mengobati Allah yang menyembuhkan).” Dan di pintu masuk Unit Gawat Darurat (UGD) juga terpampang tiga deret tulisan berbunyi “Sehat Asmatku Sehat Atsjku. Aku sahabat setia bagi saudara-saudariku yang sakit .” Suasana di ruangan UGD itu sangat bersih dan menyegarkan. Para petugas medis terlihat wajahnya berseri-seri menyapa sambil menepuk bahu seorang mama yang sedang menggendong anaknya yang luka pada dagunya akibat jatuh. 

 

“Mama, mengapa dagu anaknya luka,” sapa petugas itu seraya menepuk bahu mama paruh baya itu: “Saya lagi sibuk ramas sagu. Saya pikir anak saya bersama bapanya. Dia merayap dan jatuh, suster,” sahut mama itu dan diamini suaminya.

 

Pandangan mata media ini tidak berkedip. Perawat lainnya sibuk menyiapkan peralatan medis dan mengambil tisu membersihkan darah anak itu sambil menghantar mama itu menuju tempat perawatan di UGD Puskesmas Atsj. “Cepat siapkan jarum jahit luka,” teriak salah satu diantara tiga perawat yang menolong anak itu.

 

Media ini semakin terpana menyaksikan kebersihan disetiap ruangan di Puskesmas yang terbuat dari papan dan berlantai papan yang dilapisi  karpet plastik berwarna kuning bercampur coklat. Suasana di setiap ruangan ibarat kita sedang masuk sebuah rumah pribadi dan tidak terkesan bahwa itu Puskesmas. 

 

Oktan mengaku berupaya menciptakan suasana di setiap ruangan dan bangsal rawat inap layaknya rumah pribadi dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien senyaman mungkin. “Kami berusaha pasien rawat nginap itu sama seperti berada di rumahnya sendiri. Supaya mereka lekas sembuh,” akunya. (sergi)

Copyright © 2025 - Pemerintah Kabupaten Asmat