Perikanan
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Asmat memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tinggi baik untuk perikanan darat maupun laut. Di perikanan darat, Kabupaten Asmat memiliki potensi yang besar dengan wilayahnya yang memiliki sungai besar, sedangkan di perikanan laut mengandalkan sumberdaya Laut Arafuru yang besar. Pentingnya sektor perikanan di Kabupaten Asmat dibuktikan dengan sumbangannya pada tahun 2014 yang mencapai Rp 192,06 miliar (12,91 persen) terhadap perekonomian dan kontribusinya sebagai sumber mata pencaharian masyarakat, serta PAD bagi pemerintah daerah.
Produksi perikanan Kabupaten Asmat sebagian besar berasal dari perikanan tangkap laut. Wilayah perikanan tangkap Kabupaten Asmat berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI 718) yaitu Laut Arafura-Laut Timor. Terkait dengan potensi sumberdaya perikanan di laut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Keputusan Menteri (KEPMEN) Nomor 45 Tahun 2011 telah memetakan potensi sumberdaya ikan di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI). Total potensi sumberdaya ikan (SDI) di WPP 718 adalah sebesar 855,5 ribu ton per tahun terdiri atas potensi ikan pelagis besar sebesar 50,9 ribu ton per tahun, ikan pelagis kecil sebesar 468,7 ribu ton per tahun, ikan demersal sebesar 284,7 ribu ton per tahun, udang penaeid sebesar 44.700 ton per tahun, ikan karang konsumsi sebesar 3.100 ton per tahun, lobster sebesar 100 ton per tahun, dan cumi-cumi sebesar 3.400 ton per tahun.
Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan pada WPP-NRI 718 yang dapat diakses nelayan Kabupaten Asmat sebagian besar berada dalam tingkat eksploitasi fully-exploited untuk udang dan ikan lidah, over-exploited untuk jenis manyung, kurisi, kuniran, swanggi, bloso, gulamah, dan kakap merah, dan moderate untuk ikan pelagis kecil. Untuk WPP-NRI 718, jika diasumsikan nelayan yang berbasis di Kabupaten Asmat mampu memanfaatkan 5 persen dari total potensi sumberdaya ikan, maka diperoleh potensi produksi sekitar 42.775 ton per tahun. Produksi perikanan Kabupeten Asmat masih jauh dari potensi produksi yang ada di mana total produksi perikanan tangkap pada tahun 2014 hanya sebesar 7.627,07 ton. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana penangkapan ikan yang dimiliki nelayan misalnya keterbatasan armada kapal dan alat penangkapan, serta terbatasnya modal usaha yang dimiliki nelayan sehingga tidak dapat mengembangkan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Asmat.
Peta Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan di WPP RI
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2011
Produksi perikanan di Kabupaten Asmat berasal dari kegiatan perikanan tangkap dan budidaya. Seperti telah diuraikan sebelumnya, produksi perikanan di Kabupaten Asmat sebagian besar berasal dari perikanan tangkap laut. Produksi perikanan tangkap laut selama periode 2010-2014 mengalami peningkatan setiap tahun dari hanya sebesar 5.907,2 ton pada tahun 2010 menjadi sebesar 7.627,34 ton pada tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan produksi perikanan tangkap laut selama periode tersebut adalah sebesar 6,61 persen per tahun dengan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,32 persen. Peningkatan produksi perikanan tangkap laut juga diiringi peningkatan nilai produksinya dari sebesar Rp 70,56 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 91,53 miliar. Untuk produksi perikanan tangkap di perairan umum, terjadi peningkatan produksi yang signifikan dari hanya sebesar 32,68 ton pada tahun 2010 menjadi sebesar 275,27 ton pada tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan produksi perikanan tangkap di perairan umum adalah sebesar 80,23 persen per tahun dengan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 191,92 persen. Nilai produksi perikanan tangkap di perairan umum juga mengalami peningkatan dari hanya sebesar Rp 730,80 juta pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 2,75 miliar pada tahun 2014.
Produksi Perikanan Tangkap Laut dan Perairan Umum diKabupaten Asmat, 2010-2014
Jika dilihat berdasarkan produksi per jenis ikan pada tahun 2014, terdapat 10 komoditas ikan yang menjadi tangkapan utama nelayan di Kabupaten Asmat. Ke 10 komoditas tersebut diurutkan berdasarkan jumlah produksinya yaitu pari (954,09 ton), cucut (848,51 ton), bandeng (813,94 ton), belanak (754,48 ton), bawal hitam (706,621 ton), gulamah (677,34 ton), manyung (559,27 ton), sembilan (397,57 ton), gabus (340,34 ton), dan kakap (304,70 ton). Sementara itu, produksi udang windu di Kabupaten Asmat pada tahun 2014 adalah sebesar 72,32 ton dan udang putih sebesar 70,73 ton, sedangkan produksi kepiting sebesar 60,53 ton. Jika dilihat dari nilai produksi per jenis, posisi pertama ditempati kerapu lumpur dengan nilai mencapai Rp 21,77 miliar, diikuti udang putih sebesar Rp 10,61 miliar, dan pari sebesar Rp 9,54 miliar.
Produksi dan Nilai Produksi Menurut Jenis Ikan, 2014
Dalam mendukung kegiatan perikanan tangkap, salah satu prasyarat keberhasilan kegiatan penangkapan adalah ketersediaan armada penangkapan (kapal). Jenis armada penangkapan yang digunakan yang digunakan nelayan di Kabupaten Asmat adalah perahu tanpa motor, perahu motor tempel, kapal motor ukuran 0-5 GT, dan kapal motor berukuran di atas 5 GT. Secara keseluruhan jumlah armada perikanan tangkap di Kabupaten Asmat adalah sebanyak 5.923 unit yang terdiri atas 4.879 unit perahu tanpa motor (82,37 persen), perahu motor tempel sebanyak 1.014 unit (17,12 persen), kapal motor ukuran 5-10 G sebanyak 7 unit (0,12 persen), dan kapal motor ukuran 20-30 GT sebanyak 23 unit (0,39 persen). Selama periode 2010-2014, terjadi penurunan jumlah armada perikanan tangkap di Kabupaten Asmat dari 7.384 unit pada tahun 2010 menjadi hanya sebanyak 5.923 unit pada tahun 2014. Untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap, diperlukan armada penangkapan yang lebih modern (kapal motor) sehingga mampu mengakses daerah tangkapan lebih luas dibandingkan perahu papan dan jukung. Dalam hal ini, di Kabupaten Asmat telah terjadi peningkatan jumlah armada kapal motor baik yang berukuran 5-10 GT maupun kapasitas di atasnya. Pada tahun 2010, armada kapal motor berukuran 5-10 GT hanya berjumlah 3 unit dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 7 unit, sedangkan armada kapal motor 20-30 GT mengalami kenaikan dari 2 unit pada tahun 2010 menjadi 23 unit pada tahun 2014. Walaupun telah terjadi penurunan jumlah armada perahu tanpa motor menjadi armada motor tempel dan kenaikan jumlah kapal motor, hal tersebut dirasakan belum cukup untuk memaksimalkan potensi sumberdaya yang ada di Laut Arafuru yang besar.
Perkembangan Armada Perikanan Tangkap, 2010-2014
Jenis Armada | Tahun | ||||
2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
Perahu Tanpa Motor | 6.775 | 7.971 | 6.775 | 5.420 | 4.879 |
Perahu Motor Tempel | 598 | 477 | 598 | 598 | 1.014 |
Kapal Motor | 11 | 28 | 11 | 11 | 30 |
< 5 GT | 6 | 9 | 6 | 6 | - |
5 - 10 GT | 3 | 4 | 3 | 3 | 7 |
20 - 30 GT | 2 | 1 | 2 | 2 | 23 |
30 - 50 GT | - | 14 | - | - | - |
Total | 7.384 | 8.476 | 7.384 | 6.029 | 5.923 |
Sumber: BPS Kabupaten Asmat, 2015
Jika dilihat produktivitas hasil tangkapan per armada perikanan melalui catch per unit effort (CPUE), produktivitas tangkap per armada perikanan di Kabupaten Asmat selama periode 2010-2014 dapat dikatakan mengalami penurunan. Nilai CPUE per armada penangkapan ikan diperoleh dari pembagian antara total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Asmat dengan total armada penangkapan ikan di Kabupaten Asmat pada tahun tertentu. Pada tahun 2010, nilai CPUE per armada penangkapan di Kabupaten Asmat adalah sebesar 1,24 ton per unit, kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 1,34 ton per unit. Namun, selama periode 2012-2014, CPUE per armada penangkapan mengalami penurunan setiap tahun. Pada tahun 2012, nilai CPUE per armada penangkapan adalah sebesar 1,08 ton per unit, kemudian turun menjadi hanya sebesar 0,81 per unit pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 menurun kembali menjadi sebesar 0,75 ton per unit.
Perkembangan CPUE per Armada Penangkapan, 2010-2014
Selain armada penangkapan, hal yang tak kalah penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan penangkapan ikan adalah ketersediaan alat tangkap. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Asmat pada tahun 2014 adalah pukat udang, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, rawai dasar, serok, pancing, dan alat tangkap lainnya. Jumlah total alat penangkapan ikan di Kabupaten Asmat pada tahun 2014 adalah sebanyak 24.064 unit. Alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan adalah jaring insang tetap yaitu sebanyak 13.904 unit, diikuti rawai dasar sebanyak 2.656 unit, dan pancing sebanyak 2.464 unit.
Persentase Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan Nelayan Di Kabupaten Asmat
Sumberdaya manusia yang berperan penuh terhadap kegiatan perikanan tangkap adalah nelayan. Pengertian nelayan menurut UU Perikanan No 45 Tahun 2009 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Adapun definisi lainnya mengenai nelayan, didefinisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya. Nelayan berdasarkan waktu dan sumber mata pencaharian dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
- Nelayan Penuh
Nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya/tanaman air.
b. Nelayan Sambilan Utama
Nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya/tanaman air. Nelayan kategori ini juga memiliki pekerjaan lainnya.
c. Nelayan Sambilan Tambahan
Nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya/tanaman air. Nelayan kategori ini juga memiliki pekerjaan lainnya.
Perkembangan Jumlah Nelayan di Kabupaten Asmat, 2010-2014
Uraian | Tahun | ||||
2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
Nelayan Penuh | 16.885 | 17.562 | 9.592 | 9.904 | 10.101 |
Nelayan Sambilan Utama | 8.736 | 9.074 | 18.931 | 18.552 | 18.830 |
Nelayan Sambilan Tambahan | 3.015 | 3.127 | 3.157 | 3.536 | 3.606 |
Total | 28.636 | 29.763 | 31.680 | 31.992 | 32.537 |
Sumber: BPS Kabupaten Asmat, 2015
Nelayan di Kabupaten Asmat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama, dan nelayan sambilan tambahan. Jumlah nelayan di Kabupaten Asmat mengalami peningkatan selama periode 2010-2014 dari 28.636 orang menjadi sebanyak 32.537 orang. Peningkatan jumlah nelayan tersebut mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan sektor strategis bagi Kabupaten Asmat dimana selain menyumbang proporsi terbesar dalam PDRB juga menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat. Jika dilihat menurut jenis nelayan, jumlah nelayan penuh mengalami penurunan dari sebanyak 16.885 orang pada tahun 2010 menjadi sebanyak 10.101 orang pada tahun 2014. Berbeda dengan nelayan penuh, jumlah nelayan sambilan utama justru mengalami peningkatan dari 8.736 orang pada tahun 2010 menjadi sebanyak 18.830 orang pada tahun 2014. Pergeseran jenis nelayan selama periode tersebut mengindikasikan bahwa nelayan di Kabupaten Asmat telah melakukan diversifikasi pekerjaan untuk meningkatkan pendapatannya.
Perkembangan CPUE per Nelayan, 2010-2014
Berdasarkan produktivitas hasil tangkapan per nelayan melalui catch per unit effort (CPUE), produktivitas tangkap per nelayan di Kabupaten Asmat selama periode 2010-2014 dapat dikatakan mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. Pada tahun 2010, nilai CPUE per nelayan di Kabupaten Asmat adalah sebesar 4,82 ton per nelayan, kemudian pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 4,69 ton per nelayan, dan pada tahun 2012, nilai CPUE kembali mengalami penurunan menjadi 4,63 ton per nelayan. Nilai CPU per nelayan di Kabupaten Asmat pada tahun 2013 dan 2014 masing-masing adalah s besar 4,29 dan 4,12 ton per nelayan.
Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten Asmat, 2010-2014
Dengan wilayah yang memiliki banyak sungai besar dan garis pantai yang panjang, Kabupaten Asmat memiliki potensi pengembangan perikanan budidaya yang besar. Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Asmat selama periode 2010-2014 mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya sebesar 7,72 ton pada tahun 2010 menjadi sebesar 71,68 ton pada tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan produksi perikanan budidaya di Kabupaten Asmat selama periode tersebut adalah sebesar 77,15 persen per tahun dengan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 131,74 persen. Nilai produksi perikanan budidaya juga mengalami peningkatan dari sebelumnya hanya Rp 77,20 juta pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 860,16 juta. Produksi perikanan budidaya yang meningkat juga disebabkan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan perikanan budidaya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, jumlah pembudidaya di Kabupaten Asmat hanya sebanyak 56 orang, kemudian meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2014 menjadi sebanyak 1.194 orang.
Selain dipasarkan dalam wilayah Kabupaten Asmat, produk perikanan yang dihasilkan juga dipasarkan ke wilayah lain di Provinsi Papua bahkan hingga ke pulau lain. Jenis produk yang dipasarkan diantaranya adalah ikan asin, gelembung ikan, sirip hiu, tulang ikan hiu, kulit ikan, teripang, dan ikan beku campuran. Volume produk perikanan yang dipasarkan ke luar Kabupaten Asmat selama periode 2010-2014 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2010, volume produk yang dipasarkan adalah sebesar 94.090 kg, kemudian meningkat hingga tahun 2013 menjadi sebesar 506.933 kg, dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 133.373 kg. Sebagian besar produk yang dipasarkan ke luar wilayah Kabupaten Asmat adalah ikan beku campuran yang volumenya pada tahun 2014 sebesar 128.157 kg. Sementara produk lainnya pada tahun 2014 adalah gelembung ikan sebesar 4.800 kg dan sirip ikan hiu sebesar 420 kg.
Perkembangan Pemasaran Antar Pulau Komoditi Olahan Kabupaten Asmat, 2010-2014