Features : Kisah Bocah Selamat Loangboat Tenggelam di Asmat
Features : Kisah Bocah Selamat Loangboat Tenggelam di Asmat
“Tuhan, Saya Tidak Tahu Berenang”
Theodorus Dwi Ari Sandi / Foto Sergi |
ASMAT – Siswa Sekolah Dasar Inpres (SDI) Samandoro, Distrik Safan, Kabupaten Asmat, Theodorus Dwi Ari Sandi mengaku selamat dari kecelakaan longboad terbalik akibat diterjang ombak di antara Santambor dan Kairin, Distrik Safan hanya karena sepenggal doa kepada Tuhan.
“Saya sambil memegang longboad. Saya berdoa, Tuhan.., saya tidak tahu berenang. Itu kira-kira sekitar pukul 12.30 siang kejadiannya,” tuturnya kepada media ini, di kediaman Ny. Dorce Walong, Rabu (29/3) malam. Sandi panggilan akrab Theodorus Dwi Ari Sandi mengisahkan, kecelakaan itu terjadi sekitar pukul. 12.30, Senin (27/3) siang.
Kecelakaan itu akibat ombak besar setinggi tiga meter lebih barang kali. “Saya perhatikan sebelum longboad terbalik. Ombak tidak beraturan, ada yang hantam dari kiri, kanan dan depan. Waktu itu, ayah saya mau belok ke arah Bayun hendak mengantar Ibu guru Lilis Setyawati ke SD YPPK Bayun. Saat belok itu, ombak hantam dan kami terbalik,” tuturnya.
Sandi mengaku ketika posisi longbad terbalik. Ia masih memegang kuat pada permukaan longboad dalam posisi kaki tergantung dalam air. “Ayah saya terlempar. Dia berenang menghampiri saya sambil berbisik ke telinga saya. Nak pegang kuat ya. Kalau engkau selamat sampai di darat. Jalan ke Bayun menemui pak guru Laurensius. Itu saja kata-kata perpisahan yang dia sempat sampaikan kepada saya hingga berpisah selama-lamanya. Lalu dia berenang kembali di bawah longboad. Dan tidak muncul lagi. Saya berdoa, Tuhan…, Saya tidak tahu berenang, itu saja,” tuturnya sambil mengepalkan kedua tangannya mengenai dahi dan menunduk ibarat lagi berdoa.
Setelah itu, Sandi menuturkan sambil memegang erat permukaan longboad dan diombang-ambingkan ombak kurang lebih sampai jam 16.30 sore.
Ia mengaku melihat istri pa guru Bernad Atambor, Katarina Sarauw dan dua orang anaknya sedang berjalan menuju ke darat. “Saya melepaskan diri dari pegangan longboad dan berenang kurang lebih 50 meter. Saya ini tidak tahu berang. Tapi saya sudah minta Tuhan. Tuhan, saya tidak tahu berenang. Tiba-tiba, saya bisa berenang dan sampai saya menemui lumpur isap. Ombak menghantam saya dan kaki terlepas dari lumpur isap sampai di darat dalam posisi tiarap. Lalu, saya bertemu dengan Ibu Katarina Sarauw dan dua anaknya. Ibu dengan satu anaknya yang kecil menuju ke Primapun.
Saya bersama Yana, anak pak guru Bernard sesuai permintaan ayah saya menuju ke Bayun. Kami tiba di Bayun berjumpa dengan Pastor Paroki Bayun, Siprianus Pr. Lalu Pastor pakai HT kontek ke Agats menceriterakan kejadian itu,” tuturnya.
Sandi menceriterakan yang menumpang longboad berkekuatan mesin 15 PK itu 11 orang. “Kami semua 11 orang. Yang membawa longboad itu ayah saya sendiri. Saya tidak tahu. Pada hal ayah saya itu jago sekali di lautan. Saya dan ayah itu sudah bolak balik beberapa kali dengan kondisi ombak seperti itu. Tidak ada masalah. Saya kan sekolah di SD Inpres Samandoro. Kami kesana siap-siap mau mengikuti ujian kelas enam dan ayah saya Kepala Sekolah di sana,” tuturnya polos.
Hingga berita ini turun, korban kecelakaan antara perairan Santambor dan Bayun itu dari 11 penumpang. Empat orang selamat, diantaranya Theodorus Dwi Ari Sandi, Katarina Sarauw, Yana Atambor dan Maya Atambor. Sedangkan yang meninggal dunia enam orang sudah ditemukan antara lain, Sony anak usia berkisar antara 3-4 tahun, Yola bay berumur satu tahun, Lilis Setyawati (23) tahun seorang guru kontrak yang hendak turun mengajar pertama kali, di SD YPPK Bayun, Margi (6) tahun, Kepala Sekolah SD Inpres Samandoro, Stefanus Sumarno, dan rekan guru SD Inpres Samandoro, Bernard Atambor (50) tahun.
“Satu orang belum ditemukan atas nama Ego anak dari ibu Katarina Sarauw dan Pa guru Bernad Atambor. Tim Basarnas masih berada di lapangan mencari satu korban itu. Kita berharap ditemukan dalam keadaan hidup. Tapi, itu kemunginannya sangat kecil,” kata Rescuer Pos Basarnas Asmat, Irvan Didik Prasetyo, di Pelabuhan Ferry Asmat, Rabu (29/3) siang.
Dia mengatakan tim Basarnas mulai bergerak itu dari Selasa (28/3) pagi. Tim Basarnas menemukan korban meninggal empat orang di sekitar Bayun, Distrik Distrik Safan, diantaranya, Sony, Yola, Lilis Setyawati dan Margi.
“Tiga korban itu langsung diantar ke Kampung Primapun hari itu juga dan Lilis Setyawaty kemarin sore di antar ke Agats dan akan diterbangkan ke Merauke, Kamis (30/3). Sementara, korban Kepala Sekolah SD Inpres Samandoro ditemukan sekitar pukul. 17.30 sore, Selasa (29/3) disemayamkan sementara di Bayun. Sementara, pa guru Bernad Atambor baru ditemukan hari ini dan diantara langsung ke Primapun. “Kami sedang menunggu jenazah pak Stefanus sekarang. Karena keluarganya di Merauke minta jenazahnya dikirim ke Merauke. Rencana besok diterbangkan ke Merauke dengan pesawat carter,” katanya. (Sapa)