Mengenal Rumah Bujang Asmat
Mengenal Rumah Bujang Asmat
TOKOH adat Distrik Atsj, Matias Jakmenem menjelaskan, Jew merupakan salah satu rumah bujang bagi suku ASmat. Karena penghuninya semua kelompok laki-laki (Beorpit). Disetiap kampong memiliki Jew dan menjadi pusat kehidupan suku Asmat. Perempuan dalam kalangan masyarakat Asmat hanya boleh masuk kedalam Jew, ketika ada pesta atau ritual adat.“ Jadi anak laki-laki harustinggal di dalam rumah Jew,” katanya, di kediamannya, di KampungBiwar, DistrikBectbamu, KabupatenAsmat, Jum’at (24-2).
Dikatakannya Jew merupakan rumah inisiasi, dimanapemuda (laki-laki) dalam kalangan masyarakat Asmat mendapat inisiasi, seperti cara berperang, memuku ltifa, mencari ikan hingga kisah tentang leluhur.
Dia menyebutkan dalam bahasa Asmat, Jew berarti “roh” atau “spirit.” Maka, Jew berarti sukma atau jiwa yang menghidupkan dan menggerakan kehidupan bersama. Sehingga, setiap kelompok masyarakat tidak tercerai berai. Jew dibuat dari kayu local dan rotan serta daun nipah sebagai atap. Dan kulit kayu dimanfaatkan sebagai lantai rumah. Jew itu memiliki tujuh hingga 10 pintu dengan satu “Wair” ( tungku utama) serta sejumlah tungku lain dibagian kanan dan kiri.
Menurutnya makna pintu dan tungku perapian menunjukan penghuninyaterdiri dari beberapa family, fam atau marga di setiap kampung. Dalam adat istiadat, masyarakat Asmat, setiap marga atau fam disediakan dua pintu dan dua buah tungku perapian.
Dalam tradisi masyarakat Asmat, Jew tidak dilihat dari sisi panjang dan lebar atupun besarnya Jew. Karena, Jew itu sudah diwariskan dari nenek moyang dan leluhur masyarakat Asmat. Rumah bujang itu tidak memiliki sekat atau ruangan yang memisahkan antara tungku dan air. Perapian dan tungku yang menjadi symbol tempat untuk masing-masing kelompok.
Pada tian grumah Jew dilengkapi dengan ukiran kepala perang dari masing-masing kelompok yang telah meninggal. Makna dibalik ukiran kepalaperang yang meninggal di tempatkan ukiran-ukiran itu sebagai pedoman bagi masyarakat Asmat dari generasi kegenerasi. Sehingga warisan adat itu tetap mengalir dalam kehidupan warga Asmat dari masa kemasa. Bahkan ukiran kepala perang itu melambangkan warisan tradisi Asmat dilestarikan.
Setiap Jew yang dibuat masyarakat Asmat, kata Jakmenem posisi Jew selalu menghadap kearah matahari terbit atau sejajar aliran sungai. Sementara, posisi rumah warga masyarakat berada disamping atau dibagian belakang Jew. Posisi Jew juga sebagai penanda dan symbol lingkaran hidup dan cara berkomunikasi serta kebersamaan hidup masyarakat suku Asmat. (sapa)