Informasi

Features : Menabur Harapan Hidup Pasien Menuai Sukacita

 Features : Menabur Harapan Hidup Pasien Menuai Sukacita

 

Bupati Asmat Elisa Kambu ketika memberikan minum kepada salah satu pasien di RSUD Asmat

 

“Saya menangis bahagia dan bersukacita. Hanya, saya tidak mampu menatapnya. Karena orang besar seperti Bupati, Elisa Kambu bisa mengunjungi orang sakit seperti yang saya alami dan pasien yang lain saat ini,” tutur ibu Bernadeta B sambil membelai wajah anaknya yang sedang sakit, di ruangan kelas ekonomi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asmat, Sabtu (18/3) pagi. 

 

Para pasien di RSUD Asmat dan keluarga mereka menyambut dengan wajah berseri-seri Bupati Asmat, Elisa Kambu, S.Sos. Ia mengunjungi pasien di RSUD Asmat mengenakan baju kaus berkerah dan celana pendek selepas jalan santai dengan dua ratusan lebih pegawai di Lingkungan Pemda Asmat, Sabtu pagi. Sebelum, ia menikmati kacang hijau bersama staffnya, yang disediakan Dinas Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Asmat, di halaman depan Kantor Koramil 1707 Merauke-Asmat yang berhadapan dengan RSUD Asmat. Dia memanfaatkan kesempatan itu mengunjungi para pasien dan menyalami mereka satu persatu. 

 

Dari rekaman media ini, usai penutupan Musrebang Asmat, Jum’at (17/3) malam. Ia mengumumkan kepada seluruh Kepala SKPD dan Badan serta staff melakukan jalan santai, Sabtu (18/3) pagi. Dan ia meminta Dinas Pemberdayaan Perempuan menyediakan sarapan pagi berupa kacang hijau bagi peserta jalan santai dan untuk pasien di RSUD Asmat. 

“Saya harapkan Dinas Pemberdayaan Perempuan menyediakan kacang hijau. Walaupun permintaan ini mendadak dan sediakan sebanyak-banyaknya. Selain untuk peserta jalan santai maupun untuk pasien di RSUD Asmat. Kita menikmati sarapan pagi dengan mereka. Bagaimana?” Bisa!” tanyanya disahut para pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Asmat serempak: “Bisa….!”

 

Pemandangan yang mengharukan dan mempertontonkan beragam makna, Elisa Kambu usai bersalaman dengan para pasien. Ia secepat kilat sudah berhadapan dengan para pasien sambil mengangkat sendiri sebuah ember berisi kacang hijau. “Bapa, Bapa minta maaf. Saya bisa angkat pa. Aduh bapa..., malu saya pa,” tutur seorang perawat sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya tersipu malu dan disahut Kambu: “Tidak apa, apa.. biasa saja!”

 

Beberapa menit berlalu, salah satu pasien dari tempat tidur paling ujung ruang rawat Inap kelas ekonomi itu bergumam: “Itu kamu lihat contoh! Bupati saja bisa layani kami seperti ini,” teriaknya entah mengarah kepada siapa. “Biasa saja! Saya melakukan sesuatu mengalir begitu saja.” 

 

Itulah kata dan kalimat sederhana yang beragam makna dan meluncur mulus, ketika media mewawancarai Bupati Asmat, Elisa Kambu, S.Sos. Peristiwa, ia mengangkat ember kacang hijau membantu perawat menyuguhkan segelas kacang hijau kepada pasien pun dipotret lensa kamera media ini. Tampak, ia melakukannya spontan dan tulus. Karena raut wajahnya dan ekspresi bahasa tubuhnya yang ceria melayani pasien terkesan polos dan lugu. “Cepat sembuh ya. Dan ibu ini uang! Tolong belikan baju untuk anaknya ya,” tuturnya sambil menepuk bahu seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang sakit dan disahuti ibu itu mengangguk-anggukan kepalanya. 

 

Salah satu perawat yang meminta namanya tidak dikorankan berkomentar: “Bupati Asmat ini luar biasa. Ini sudah berkali-kali. Dia mengunjungi pasien di sini. Saya kagum. Karena, dia setiap kali datang kunjungi pasien. Pasien merasa gembira dan bahagia serta termotivasi melawan penyakit yang mereka derita. Itu yang selalu saya dengar dari ceritera pasien yang mendapat sentuhan lewat jabatan tangan dan mendapat rezeki uang dari tangan bupati Asmat sendiri,” tuturnya sambil meminta namanya dirahasiakan. 

 

Menurutnya kunjungan seperti ini ibarat menabur harapan, menguhkan dan membuat pasien sukacita melawan sakitnya. “Itu yang saya refleksi dari kehadiran bupati mengunjungi pasien yang sakit. Kalau bapa mau tahu banyak bisa wawancara pasien yang mendapat sentuhan dari bupati,” tuturnya mengingatkan media ini. Adalah seorang ibu yang mengaku namanya Bernadeta B mengisahkan, dirinya menangis ketika bupati memberikan uang untuk membeli baju anaknya yang tidak berbusana dan sedang dirawat di RSUD Asmat. “Saya menangis bahagia. Tetapi saya tidak mampu menatap wajahnya. Maka saya hanya menunduk saja,” tuturnya.

 

Dia menuturkan, Bupati Asmat, bisa-bisanya mengunjungi pasien di Rumah Sakit. “Yang sakit, anak saya. Tadi, saya tidak mampu menahan air mata. Karena, saya terharu melihat dia mengangkat ember berisi kacang hijau. Lalu, dia sendiri yang menyuguhkan segelas kacang hijau itu kepada pasien. Saya mendapat uang dua ratus ribu rupiah dari tangan bupati sendiri. Karena itu, saya tidak mampu menatapnya,” tutur ibu Bernadeta B sambil membelai wajah anaknya yang sedang sakit.

 

Senada dengan Ibu Bernadeta, seorang bocah usia sembilan tahun yang mengaku bernama Filipus menuturkan: “Saya gembira dapat segelas kacang hijau yang disuguhkan Bupati Asmat. Dan saya senang bupati kasih saya uang seratus ribu. Nanti uangnya saya kasih mama saya. Dia pulang mengambil sarapan pagi untuk saya. Dia pulang mengambil sarapan pagi untuk saya. Dia tidak tahu kalau bupati datang kunjung orang sakit hari ini sambil membagi kacang hijau,” tutur Filipus dengan ekspresi wajah berseri-seri. (Sapa)

 
Copyright © 2025 - Pemerintah Kabupaten Asmat